Olah Data SPSS :
Uji Validitas&Reliabilitas :
Item soal < 20 : 25rb/variabel
Item soal > 20 : 30rb/variabel
Item soal > 40 : 45rb/variabel
Uji Deskriptif :
Responden < 30 : 25rb/2 variabel
Responden > 30 : 35rb/ 2 variabel
Uji Korelasi :
Responden < 30 : 40rb
Responden > 30 : 50rb
Uji Asumsi Klasik :
Responden 100 : 40rb/variabel
Responden > 100 : 50rb/variabel
Uji Parametrik :
Responden < 100 : 75rb (3 variabel ) 100rb (4-5 variabel)
Responden > 100 : 100rb (3variabel) 150rb (4-5 variabel)
Olah Data LISREL Uji Parametrik : mulai dari Rp.300rb
Konsultasi Penulisan Tugas Akhir :
Privat : 50rb/90menit
Kolektif (minimal 3 orang) : 40rb/90menit/orang
Klasikal : (minimal 10 orang) : 35rb/90menit/orang
Pelayanan Konsultasi Penulisan Tugas Akhir :
1. Tips penyusunan
2. Solusi Revisi
Asistensi Penulisan Tugas Akhir : (bahan sudah ada, tinggal menyusunkan)
Latar Belakang Masalah : 100rb-150rb
Pustaka : 150rb-300rb
Metode Penelitian : 150rb-200rb
Hasil Penelitian : 300rb-650rb
Editing Penulisan Tugas Akhir :
Latar Belakang Masalah : 50rb-100rb
Pustaka : 50rb-100rb
Metode Penelitian : 50rb-100rb
Hasil Penelitian : 50rb-200rb
Reverensi :
Jurnal, artikel, koran, majalah, buku (harga menyesuaikan)
N.B :
1. Ambil lebih dari 1 jasa, ada diskon
2. Belum termasuk biaya print
3. Harga olahdata untuk data yang sudah direkapitulasi (bukan dalam bentuk kuesioner)
4. Data yang sudah disusun dalam file Excel lebih murah
PROPOSAL SKRIPSI
REPOSITIONING PRODUK A
Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Repositioning PRODUK A melalui kampanye iklan - iklannya
Repositioning PRODUK A (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Repositioning PRODUK A melalui kampanye iklan – iklannya)
Terdapat 140.000 iklan televisi yang dilihat oleh seorang anak yang telah berusia delapan belas tahun di Inggris. Di Swedia, rata – rata konsumen menerima 3000 iklan setiap harinya. Sebelas negara di Eropa telah mengudarakan lebih dari 6 juta iklan televisi per tahun. Para ahli mengatakan bahwa akan terjadi penambahan dari 150 saluran televisi menjadi 500 di Amerika (Rivkin 2000:74-75). Ini menunjukkan bahwa semakin banyak produk dan merek yang muncul di pasar. Setiap minggu pasti ada puluhan merek baru beredar di pasar, tidak tahu siapa produsennya tetapi membuat pasar penuh sesak dan persaingan merek semakin menggila (Majalah Swa 9-22 Agustus 2007). Ini membuat sebuah positioning atau penempatan merk yang tegas semakin diperlukan, agar merek tersebut bisa tetap bertahan.
Penempatan merek ini tentu saja ada dalam benak pelanggan. Melalui positioning, pelanggan diberitahu apa benefit dari merek tersebut terhadapnya. Sebuah positioning sangat penting karena dengan positioning sebuah merek terlihat perbedaannya dengan merek lain dalam kategori produk yang sejenis. Hal ini yang memberi reason why bagi pelanggan untuk memilih merek tersebut bukan merek lain.
Seperti yang dilakukan Aqua ketika mendidik konsumennya agar beralih dari air PDAM ke air minum dalam kemasan. Aqua memposisikan dirinya sebagai air sehat setiap saat dan mengklaim produknya sebagai mountain spring water dengan kualitas air yang lebih baik dari air PDAM. Dengan positioning ini Aqua ingin mendidik konsumennya agar rutin mengkonsumsi Aqua. Dan positioning ini berhasil menancap di benak konsumen, Ini terlihat dengan berdirinya Aqua sebagai market leader air mineral. Total kapasitas grup Aqua adalah sekitar 1, 75 milyar liter per tahun. Bila Aqua menguasai sekitar 50%, maka total kapasitas produksi di Indonesia untuk air minum dalam kemasan sekitar 3, 5 milyar liter. Ini jumlah yang cukup besar untuk negara berkembang seperti Indonesia. (Irawan 2002:31-32). Ditambah lagi, Aqua adalah salah satu Long-Life Brand di Indonesia yang artinya sudah berusia lebih dari 25 tahun dan tetap eksis (Majalah Swa,26 Juli-8Agustus 2007).
Sebuah positioning harus dilakukan dengan dinamis. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, membuat situasi pasar juga berubah. Pelanggan yang dahulu berusia 8 tahun kini sudah mencapai 25 tahun. Pelanggan yang dulu disegmentasikan ke dalam golongan remaja kini telah menjadi wanita dan pria dewasa yang mapan. Hal ini juga turut mempengaruhi posisi merek bagi pelanggan. Jika situasi berubah sedemikian rupa, dan sikap pelanggan mulai berubah terhadap merek maka diperlukan suatu usaha pembenahan terhadap positioning merek tersebut. Harus dicermati apa yang menjadi penyebab berubahnya sikap konsumen terhadap merek, apa bagian dari merek yang masih melekat di benak konsumen. Dengan kata lain diperlukan sebuah repositioning bagi merek agar dapat kembali diterima oleh konsumen yang telah berubah. Seperti yang dilakukan oleh Cerebrovit.............................
METODE PENELITIAN
Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2002:136).
Sedangkan instrumen pada penelitian ini adalah :
a) Stadiometer untuk pengukuran tinggi badan dengan satuan pengukuran sentimeter (cm), dengan ketelitian pengukuran satu angka dibelakang koma (0,1) dan telah diujikan di Dinas Meteorologi.
b) Timbangan badan untuk mengukur berat badan dengan satuan pengukuran Kilogram (Kg) dengan ketelitian pengukuran satu angka dibelakang koma (0,1) dan telah diujikan di Dinas Meteorologi.
Dari hasil rumus tersebut kemudian dimasukan dalam kriteria penilaian status gizi. Sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu diujikan ke Dinas Meteorologi untuk mendapatkan kepastian alat yang digunakan benar-benar sesuai dengan standar internasional dan benar-benar memiliki reliabilitas yang baik.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode survei dengan teknik pengukuran.
Untuk pengambilan data siswa dipanggil satu-satu lalu diukur tinggi badan dan berat badannya secara langsung. Agar sesuai dengan rencana pada saat pengumpulan data maka perlu disusun langkah sebagai berikut :
a. Berat Badan
Berat badan dipergunakan untuk mengevaluasi keseimbangan asupan makanan dengan energi yang dikeluarkan untuk aktifitas. Penimbangan dilakukan oleh dua orang petugas, petugas pertama bertugas sebagai pencatat hasil dan memanggil testee satu per satu secara berurutan sedangkan petugas yang kedua bertugas sebagai pengamat dan melaporkan hasil pengukuran kepada petugas pertama. Pada waktu penimbangan testee menggunakan pakaian seminim mungkin dan tubuh dalam keadaan tidak berkeringat. Hasil pengukuran dengan satuan kilogram dengan ketelitian pengukuran 0,1.
b. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan diperlukan sebagai parameter status gizi berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan. Pengukuran dilakukan dengan sikap terdiri tegak tanpa sepatu. Pengukuran tinggi badan juga dilakukan oleh dua orang petugas. Petugas pertama bertugas sebagai pencatat hasil dan memanggil testee sesuai urutan. Sedangkan petugas yang kedua bertugas mengamati hasil dan melaporkannya kepada petugas pertama. Djoko Pekik (2006:07) menjelaskan bahwa pengukuran tinggi badan menggunakan pola sentimeter yang fleksibel dan tidak elastis yang ditempelkan secara vertikal pada dinding atau tiang tegak atau menggunakan alat pengukur tinggi badan “Microtoise”.
A. Judul Penelitian
HUKUMAN MATI PELAKU BOM BALI DALAM PEMBERITAAN MEDIA (ANALISIS FRAMING TERHADAP PEMBERITAAN EKSKUSI MATI ”AMROZI CS” PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA)
B. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan ekskusi mati bagi Amrozi CS selaku terdakwa dalam kasus pengeboman di Kuta Bali sempat menggemparkan media pemberitaan, baik itu media cetak maupun media elektronik. Ekskusi mati yang dilaksanakan pada bulan ontober 2008 lalu telah disiarkan oleh media sejak beberapa minggu sebelumnya. Penyiaran tentang rencana ekskusi sampai dengan pelaksanaannya ini disajikan dengan berbagai versi.
Bom Bali terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di kota kecamatan Kuta di pulau Bali, Indonesia, mengorbankan 202 orang dan mencederakan 209 yang lain, kebanyakan merupakan wisatawan asing (http://www.indo.com/bali121002/). Peristiwa ini sering dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Bom bali juga terjadi pada pada 1 Oktober 2005. Terjadi tiga pengeboman, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka. Menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn.)Ansyaad Mbai, bukti awal menandakan bahwa serangan ini dilakukan oleh paling tidak tiga pengebom bunuh diri dalam model yang mirip dengan pengeboman tahun 2002 (Kompas, 11 November 2005).